PPRN, PARTAINYA RAKYAT MISKIN


PARTAI PEDULI RAKYAT NASIONAL (PPRN) adalah partai politik (parpol) berbasis nasionalis yang menjunjung tinggi sifat kerakyatan, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Parpol yang diarsiteki Amelia Achmad Yani dan HVT Albert Simanjuntak ini disebut-sebut sebagai partainya rakyat miskin. Benarkah?
PPRN dideklarasikan pada 16 Februari 2006 dan berkantor pusat di Jl. Pahlawan Revolusi No. 148 Pondok Bambu, Jakarta Timur. Partai bernomor urut 4 yang ditukangi DR. Sutan Raja D.L. Sitorus (Pendiri dan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat), Amelia Achmad Yani (Ketua Umum), HVT Albert Simanjuntak (Sekretaris Jenderal) tersebut memiliki visi “Rakyat bebas dari belenggu penderitaan dan ketidakadilan” serta misi “Meningkatkan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Meningkatkan taraf hidup rakyat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur”.
PPRN dinyatakan lolos verifikasi faktual Partai Politik peserta PEMILU 2009 di 33 provinsi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). PPRN merupakan satu-satunya parpol yang dinyatakan memenuhi syarat kepengurusan di seluruh Indonesia. Prestasi ini merupakan bukti PPRN sebagai partai politik yang sangat serius menhadapi PEMILU 2009.
Kepedulian PPRN terhadap penderitaan rakyat bukan hanya slogan. Ini telah dibuktikan melalui bakhti karya Sutan Raja D.L Sitorus. Berbagai usaha dan upaya telah ia lakukan demi memerangi kebodohan dan kemiskinan. Sejumlah sekolah dasar (SD), SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi (PT) yang diberi nama Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) telah ia bangun dibawah naungan Yayasan Abdi Karya (Yadika). Bagi siswa atau mahasiswa yang kurang mampu diberikan dispensasi berupa beasiswa.
Sukses memanage dunia pendidikan, D.L Sitorus juga merambah dunia bisnis. Melalui PT. Torganda ia membuka usaha perkebunan kelapa sawit dan pabrik Minyak Goreng yang bersumber dari kelapa sawit (CPO, crude plam oil) di Sumatera, Sulawesi dan Papua. Untuk mengidupi para petani kelapa sawit, D.L Sitorus membagikan kepada masing-masing kepala keluarga (KK) tanah seluas 2 Ha sembari diikuti dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Alhasil para petani kelapa sawit bisa memiliki penghasilan tetap Rp. 2 juta per bulan (minimal).
Selain pendidikan dan usaha perkebunan, D.L Sitorus juga membuka usaha perhotelan, Bank Pengkreditan Rakyat (BPR), biro perjalan dan real estate. Puluhan ribu tenaga kerja tanah air ditampung diladang usahanya, termasuk ribuan pekerja dari NTT. Keberhasilannya ini diakui pula oleh The Asean International Development (TAID). Buktinya TAID memberikan penghargaan “The Best Exekutif Award” kepada D.L Sitorus pada tahun 1999. Toh begitu D.L Sitorus tak pernah lupa diri. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial, seperti membangun dan merehab gereja dan masjid di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Dia juga rutin memberangkatkan warga miskin dan karyawannya yang beragama Islam untuk beribadah haji ke Mekah dan yang beragama Kristen mengunjungi kota suci Yerusalem. Dari NTT sendiri telah diberangkatkan sebanyak 1501 orang.
Kini melalui PPRN D.L Sitorus ingin meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. PPRN ditugaskan untuk sepenuhnya mencurahkan kepedulian dan perhatian kepada orang-orang yang kurang mampu.
“Sebelum dipanggil Sang Khalik, saya ingin tersenyum, bila perlu tertawa karena masyarakat bumi pertiwi ini sudah bisa hidup damai dan sejahtera,” begitulah keinginan D.L Sitorus yang sering disampaikan kepada pengurus PPRN.
Amanah mulia ini langsung munuai respon positif. Jajaran PPRN dibawa komando Amelia -----begitulah Amelia Achmad Yani biasa disapa---- pun bertekad memerangi kemiskinan, kebodohan dan aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat miskin.
Setidaknya di kedalaman ucapan D.L Sitorus mengandung pesan bahwa PPRN akan tulus dan komit merubah kehidupan bangsa dengan cara menghilangkan masalah kebodohan dan kemiskinan. Sebab sejak merdeka 17 Agustus 1945, kebodohan dan kemiskinan masih terus membelengu bangsa Indonesia. Salah satu buktinya, yakni tahun 2005, kasus gizi buruk dan busung lapar di NTT ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena kondisi ini pemerintah lalu mengucurkan dana miliaran rupiah. Ironisnya, yang diperkuat justru infrastruktur kesehatan, posyandu, pemberian makanan suplemen, dan penanganan dana insentif cepat. Itu artinya, sebagian besar dana lari ke lembaga-lembaga pemerintah yang menangani kasus KLB tersebut. Ini menciptakan lahan subur korupsi dan melupakan tujuan utama penggunaan dana itu.
Busung lapar dan gizi buruk selalu dimulai dengan kemiskinan dan kekurangan pangan. Tapi penyebab kasus ini tak pernah terselesaikan. Ujungnya, masyarakat NTT terus dihantui busung lapar dan gizi buruk dari tahun ke tahun. Sebab, penyelesaian hanya bersifat kuratif, emergensi dan jangka pendek. Sama sekali tidak menyelesaikan akar masalah.
Kasus kemiskinan juga masih menjadi masalah besar di seluruh provinsi. Hampir di setiap daerah mayoritas penduduk dihuni warga miskin. Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), membludaknya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta aturan atau kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
“Karena itulah kita butuh perubahan fundamental. PPRN harus bisa menyelesaikan akar masalah kemiskinan,” pinta Amelia saat temu kader PPRN di Jambi belum lama ini.
Kepedulian nyata terhadap masalah kemiskinan telah lama dilakukan Amelia. Selain menjadi pengasuh 20 anak sekolah tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, Amelia juga selalu membantu dan menjadi donatur pembangunan atau rehab tempat-tempat ibadah serta olah raga anak-anak di Yogyakarta. Ia juga aktif mendampingi para petani. Sebab selepas sebagai PNS Depertemen Luar Negeri yang ditempatkan di markas PBB, Amelia curahkan tenaga dan perhatiannya untuk orang-orang miskin, terutama para petani ladang, sawah, kopi, buah-buahan dan lain sebagainya melalui United Nations Development Programme (UNDP). Karena itulah Amelia kemudian memutuskan untuk tinggal di Dusun Bawuk, Sleman, Yogyakarta. Bahkan untuk bisa maksimal membantu para petani, Amelia mendirikan Koperasi Citra Yani Utama.
“Saya bahagia karena saya dapat berguna bagi orang lain. Dalam hidup ada satu kebutuhan lagi disamping sandang, pangan, papan, yakni kebutuhan dibutuhkan orang lain. Hidup ini akan sangat hampa bila tak ada lagi orang yang membutuhkan diri kita,” katanya.
Pemilu memang seperti layar lebar, sejenak mengangkang ke pikiran dan membooming. Kemudian, lewat waktu, ia terbujur nyaris mati. Pamflet, selebaran, spanduk, kampanye bercampur massa merupakan bagian dari hipnotisasi Pemilu. Semua pikiran seperti tertekuk, menyorot tajam pada partai politik yang ingin berkuasa. Pikiran pada kehidupan menjadi gamang. Kehidupan nyata terlupakan, karena sejarah membuktikan, kata dan janji partai politik seperti hiburan yang tak berujung. Visi dan misi, tertulis seperti kata-kata hidup, yang terlahir dari pembacaan kilas rangkai harapan massa. Namun, penggelembungan itu menjadi santet, seperti meneror dan mengintimidasi tanpa rasa sakit dan takut. Malah orang terbawa, menjadi satu hati karena tidak sadar tersiksa dalam kerangkeng politik. Kini muncul PPRN sebagai kekuatan baru dan siap mengamankan semua kepentingan rakyat. Sebagai partai politik yang berlum terkontaminasi “darah kotor”, PPRN berjanji akan menularkan kebahagiaan kepada massa yang sering ditindas oleh tipu muslihat partai politik.
“Hak dan kepentingan rakyat merupakan harga mati. Itu yang akan diperjuangkan PPRN. Karena yang lebih penting dari harta atau materi adalah amal ibadah kita di dunia,” kata Amelia.
Legislatif
Menghadapi PEMILU Legislatif pada 9 April 2009, PPRN menargetkan perolehan kursi di DPR RI melebihi ambang electoral threshold. Perkiraan ini dilatari komitmen pengurus dan kader PPRN, gemuknya struktur PPRN, solidnya pengurus PPRN, niat tulus pendiri dan pengurus PPRN serta kunjungan Amelia ke berbagai wilayah di Indonesia.
“Jangan pernah merasa kecil, jangan pernah merasa tidak mampu. Kita harus selalu yakin dan jangan pernah menyerah sebelum bertanding,” kata Amelia.
Di hadapan ribuan kader, simpatisan dan pengurus PPRN Jambi, Amelia mengatakan, PPRN bukan partai kecil. Sebab PPRN telah memiliki kepengurusan di 33 provinsi, 400-an kabupaten/kota dan 3.800-an kecamatan. Karena itu, Amelia mengajak para kader PPRN untuk berjuang bersama rakyat meraih target lolos electoral threshold (ET) dan parliamentary threshold (PT) sehingga bisa eksis di DPR dan ikut Pilpres.
“Mari kita rebut kursi DPR sebanyaknya. Hilangkan segala keraguan dan rasa pesimis,” imbuhnya.
Amelia mengingatkan, jika langkah PPRN sukses di Pemilu 2009, seluruh kader PPRN jangan pernah menjadi sombong, angkuh atau melukai hati rakyat. Karena PPRN adalah bagian dari rakyat.
Terkait dengan perekrutan anggota legislatif, Amelia mengaku, PPRN akan menempatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif lebih dari 30%.
Untuk memperoleh dukungan tambahan pada Pemilu 2009, Amelia mulai merangkul tokoh-tokoh nasional, seperti Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu, dan mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie untuk jadi juru kampanye. Ryamizard Ryacudu sendiri merupakan tokoh yang memiliki kedekatan emosional dengan almarhum, Jenderal Ahmad Yani.
“Saat ini PPRN tengah berupaya melakukan pendekatan dengan para tokoh tersebut agar mau menjadi jurkam PPRN. Kita juga mengajak mantan gubernur, mantan bupati, tokoh LSM, presenter televisi dan artis yang tersebar diseluruh Indonesia untuk menjadi jukam. Saya yakin PPRN akan mendapat dukungan dari rakyat,” ucapnya. (chris parera)

Ha'i Tamuku,,,

Terima Kasih atas kunjungan ANDA. Semoga apa yang ANDA baca DISINI,,,, dapat bermanfaat bagi ANDA. God Bless You,,,!