SSD DAN MBR MENUJU PERS PROFESIONAL

BR - SEMANGAT menjadikan wartawan yang berkualitas dan profesional secara bertahap mulai terjawab. Melalui kerjasama lintas negara antara Tabloid Suara Selatan Daya (SSD) dengan sebuah lembaga pers asing (Free Voice Belanda) yang difasilitasi oleh Maluku Media Center (MMC) dan bermintra dengan Mingguan Berita Rakyat (MBR). Pelatihan itu berlangsung dua hari (26-27 Januari 2008) di Hotel Sasando Kupang. Empat tenaga pengajar MMC berbagi ilmu tentang dasar-dasar jurnalistik kepada 16 wartawan SSD dan MBR.
Tirai merah dipadu corak tembok putih, tempat dilakukannya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jurnalistik dengan tema: Basic Training Journalist And Peace Journalism seakan ikut menyemangati kemauan belajar para awak SSD dan MBR. Tak ada materi diklat yang dilewati. Semuanya direkam dan dimaknai. Raut wajah masing-masing peserta seakan memancarkan tekad menumbuhkembangkan diri menuju insan pers yang berperspektif dan profesional.
Selama “dikarantina,” para peserta yang khusus didatangkan dari daerah tugas liputan di Kisar, Tual, Wetar (Maluku) dan Flores, Timor dan Rote (NTT) dilarang meninggalkan base camp diklat. Awak SSD dan MBR disuguhi materi seputar Dasar-Dasar Jurnalistik seperti Teknik Penulisan, Teknik Wawancara, Hukum, Etika Jurnalistik, serta Media dan Konflik. Instruktur diklat terdiri dari empat punggawa MMC, yakni Koordinator MMC, M. Azis Tunny (Agil), Sekretaris MMC, Saswaty Matakena (Sas), Izaac Tulallesy (Isak) dan Pemimpin Redaksi (Pemred) Surat Kabar Harian “Dewa” di Maluku, Marthen Langoday (Marthin).
Selain mengasah kemampuan sekaligus solusi praktis menghasilkan karya jurnalistik, diklat yang dibiayai Free Voice ini juga bertujuan membangun insan pers yang berprespektif, berkarakter dan bertanggungjawab. Selain teori, peserta dilibatkan pula dalam sejumlah simulasi yang memperagakan aktivitas peliputan sebagaimana kerap dilakoni para jurnalis dalam kerja profesinya. Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan praktek (in house training) selama empat hari di Kantor MBR dan SSD di Jl. Noelmina Dalam, Kelurahan Naikoten 1 Kupang.
Pemred MBR, Chris Parera yang terjun mendampingi para awaknya pada program latihan tersebut menilai metode pendidikan yang diterapkan MMC sangat bermanfaat melatih kepekaan dan semangat juang peserta menjadi jurnalis yang mampu melahirkan karya yang kreatif, akurat dan terpercaya.
Sebab dewasa ini publik mulai meragukan profesionalisme jusrnalis. Jurnalis dianggap sebagai momok menakutkan yang berlindung di balik dinding kebebasan pers. Undang-Undang (UU) No. 40 tentang Pers dianggap sebagai senjata mematikan untuk melegalkan cara-cara yang tidak diindahkan etika dan moral jurnalis yang benar.
Untuk itu, kata Chris, jika ingin menjadi wartawan yang baik, maka dasar-dasar jurnalis harus dipahami dan dimaknai secara baik. Baginya, fondasi yang kokoh akan melahirkan rumah yang tahan goncang. Jika sang jurnalis memahami dasar-dasar jurnalistik, maka kelak ia akan mendapat tempat yang sepadan dengan amal dan bakhtinya.
Pemred SSD, Yesayas Petrusz mengatakan, inti digelarnya kegiatan ini pada dasarnya untuk mengasah kemampuan para jurnalis SSD dan MBR dalam menghasilkan karya jurnalistik. Baginya, karya jurnalistik yang berkualitas erat kaitannya dengan kadar pemahaman jurnalis tentang dasar-dasar jurnalistik itu sendiri. Sehingga diklat khusus dengan materi dasar-dasar jurnalistik dipandang sebagai suatu kebutuhan primer yang wajib diikuti oleh seorang jurnalis.
Seorang wartawan SSD desk peliputan Kisar, Angky Nahakuain mengaku sangat senang bisa ikut terlibat dalam pelatihan ini. Sebab manfaat Diklat kali ini ia bisa langsung rasakan. Sebab semenjak terjun ke dunia jurnalistik, dirinya hanya bermodalkan tekad tanpa dibekali pemahaman dasar-dasar jurnalistik yang memadai. Karena itulah ia seringkali bekerja tidak sesuai prinsip dan etika jurnalistik.
Hal yang sama juga diamini wartawan SSD/MBR di Kabupaten Nagekeo, Flores, Sherif Goa. Bagi Sherif yang juga wartawan pemula itu mengakui Diklat yang diikuti sangat positif dan bermanfaat bagi dirinya. Karena tambah dia, selama menjalankan kegiatan jurnalistik sebelum pelatihan ini digelar, ia cuma berbekal bakat alam yang dimiliki. “Saya sangat bangga mengikuti Diklat ini karena ada hal baru yang saya peroleh. Lewat dasar-dasar jurnalistik yang kami dapat akan sangat membantu kami ketika terjun di lapangan,” ucapnya.
Baik Sherif maupun Angki Nahakuain mengaku kalau mereka belum merasa puas dengan kegiatan Diklat yang sangat singkat itu. Untuk itu, keduanya berharap kerja sama Free Voice-MMC, SSD dan MBR ini dapat ditindaklanjuti di masa mendatang dalam rangka penguatan kualitas dan kapasitas jurnalistik bagi wartawan SSD dan MBR.
Selain teori, empat instruktur MMC juga memberi motivasi bagi wartawan peserta diklat. Menurut Isack Tulalessy, jika ingin menjadi wartawan yang profesional maka lima (5) cara dasar harus ditempuh, yakni belajar, belajar, belajar, belajar dan belajar. Tentu harus juga dilandasi pengetahuan dan pemahaman tentang etika jurnalistik. Karena etika jurnalistik merupakan rel yang harus dilalui oleh semua insan pers. (chris parera)

Ha'i Tamuku,,,

Terima Kasih atas kunjungan ANDA. Semoga apa yang ANDA baca DISINI,,,, dapat bermanfaat bagi ANDA. God Bless You,,,!