TKW Dijadikan Pelacur Di Malaysia

BR - Mengadu nasib di negeri orang tidaklah selalu menyenangkan. Banyak TKI bernasib malang di luar negeri, meskipun diakui tidak sedikit pula yang berhasil dan sukses. Nasib yang dialami oleh Nirmala Bonat (19), TKW asal Provinsi NTT yang disiksa secara sadis oleh majikannya hanya satu dari sekian banyak contoh kisah sedih yang menimpa TKI di negeri jiran. Berikut ikuti laporan wartawan Rakyat Merdeka, Mohammad Saronji langsung dari Malaysia.

PEREMPUAN muda itu duduk termenung. Pandangannya tampak kosong. Ia seakan merenungi nasib malang yang tengah menimpanya di luar negeri. Harapan untuk memperoleh gaji yang besar sebagai TKI di Malaysia pupus. Keinginannya mendapatkan lembaran uang ringgit Malaysia pun tinggal impian. Perempuan itu bernama Isa (18). Wanita belum berkeluarga itu mengaku berasal dari Dukuh Sekardoja Desa Karangan Kecamatan Pamulian Kabupaten Brebes, Jateng. Pada 2003, ia mendapat informasi tentang lowongan pekerjaan di Malaysia dari Teguh. Laki-laki asal Cilacap (Jateng) itu pula yang kemudian memberangkatkan Isa ke Malaysia.
Informasi yang diperoleh Isa, Teguh adalah seorang penyalur TKI ke luar negeri, termasuk ke Malaysia. Karena itu, ketika ditawari untuk berangkat kerja di Malaysia, Isa pun langsung menyanggupinya. Di sana, ia dijanjikan bekerja sebagai pelayan restoran dengan gaji per bulan 700 ringgit (1 ringgit = Rp 2.500). Namun, sesampai di Malaysia, gadis berparas cantik itu ternyata tidak dipekerjakan di restoran, tetapi dijadikan pelacur.
"Saya disekap di sebuah hotel untuk dijadikan pelacur. Di hotel itu saya diberitahu oleh Acong, salah seorang agen penyalur di Malaysia, bahwa kerja saya bukan pelayan restoran melainkan 'melayani' tamu-tamu," ujarnya.
Ia mengaku hingga sekarang TKW yang disekap dan dijadikan pelacur di sana ratusan orang. Mereka ada yang disekap di hotel, apartemen, penginapan, dan tempat-tempat rahasia lain. Mereka ada yang kabur dan kemudian lari ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia di Kuala Lumpur, ada juga yang masih disekap dan sampai sekarang dijadikan wanita pemuas lelaki hidung belang. Isa termasuk TKW yang beruntung karena ia bisa kabur dari hotel tempat dia disekap selama ini.
Ia kemudian menceritakan bagaimana dirinya bisa sampai bekerja di Malaysia. Dia datang ke negeri jiran itu melalui jasa perseorangan, yakni Teguh. Dari Brebes ia naik bus kemudian naik kapal menuju Medan. Dari Medan ia naik kapal lagi menuju Dumai (perbatasan Malaysia-Indonesia). Di sana ia dijemput agen dan dibawa ke kamar sebuah hotel di kawasan Talang, Kuala Lumpur.
Di kamar tersebut sudah ada tiga wanita lain, yang belakangan diketahui juga disekap seperti dirinya. Seperti penjelasan Acong, mereka semua dipekerjakan sebagai pelacur. Karena jenis pekerjaan tidak seperti yang dijanjikan, suatu hari pada pukul 03.00 ia kabur lewat jendela hotel.
"Meskipun disekap beberapa hari, beruntung saya belum diapa-apakan," katanya.
Saat kabur itulah, ia diselamatkan oleh seseorang yang mengaku sebagai polisi. Perempuan itu percaya begitu saja dengan laki-laki itu karena orang itu menunjukkan tanda pengenal. Apalagi, ia memang sangat membutuhkan pertolongan untuk menyelamatkan diri agar tidak dijadikan wanita penghibur.
Karena masih malam, Isa kemudian disuruh istirahat sampai menunggu pagi hari. Ia kemudian diinapkan di sebuah penginapan di sana. Saat itu ia diberi minuman agar bisa istirahat dengan tenang. Namun, beberapa saat setelah minum, kepalanya terasa berat dan ia pun tidak ingat apa-apa. Saat terbangun, ia baru sadar bahwa dirinya telah "dikerjai" laki-laki tersebut. "Semula saya berpakaian lengkap, tapi ketika terbangun sudah lepas semua."
Nasib malang juga dialami Tarmini (22), TKW asal Desa Tugu Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu, Jabar. Perempuan berparas cantik itu juga mengaku disekap satu bulan empat hari di sebuah apartemen di Malaysia. Sebagaimana Isa, ia juga dijadikan wanita panggilan tanpa dibayar.
Ia menceritakan, keberangkatannya ke Malaysia karena ingin mendapatkan uang yang banyak. Janda muda tanpa anak itu memang belum lama bercerai dari suaminya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia kemudian ke luar negeri.
Tarmini berangkat ke Malaysia pada 12 Februari 2004. Ia berangkat ke luar negeri, semula karena didatangi seseorang bernama Wastijah (Indramayu) dan Dapit (Jakarta). Waktu itu, ia diberi informasi dan dijanjikan bekerja di restoran dengan gaji Rp 2,5 juta per bulan. Penampilan Wastijah dan Dapit sangat meyakinkan, sehingga Tarmini pun tertarik dan bersedia menjadi TKI. Apalagi gratis.
Ia berangkat lewat Pontianak (Kalimantan) dengan naik pesawat. Dari Pontianak terus menuju Kucing (Malaysia) dengan jalan darat. Kemudian dari Kucing terbang menuju Kuala Lumpur.
Di ibu kota negara tetangga itu, ia dijemput oleh seseorang bernama Acong (agen penyalur) dan dibawa ke apartemen. "Oleh Acong saya kemudian dijual kepada Alex dengan harga 3.500 ringgit. Setelah itu, saya dibawa Alex dan diinapkan di rumahnya, yang alamatnya saya tidak tahu. Di sana saya disekap dan dijadikan pelacur," tuturnya.
Tarmini juga mengatakan, sampai sekarang banyak wanita Indonesia ditipu dan dijadikan wanita penghibur di Malaysia. "Wanita-wanita itu rata-rata disekap di sebuah tempat dan diperjakan pada malam hari agar melayani tamu-tamu di hotel. Mereka ratusan orang. Yang berhasil kabur dan sekarang tinggal di penampungan KBRI saja sekitar 50 orang. Yang tidak bisa kabur dan masih disekap masih banyak, ratusan. Mungkin ribuan," ujarnya.

Tidak Boleh Istirahat
Tarmini menyebutkan, pada siang hari dirinya disekap di rumah Alex. Rumah itu dijaga sejumlah tukang pukul. Pada malam hari dirinya dibawa ke hotel dan dipaksa melayani tamu-tamu hidung belang. Perlakuan itu dia alami setiap malam. Ia tidak boleh beristirahat. Bahkan, meskipun sakit ia tetap harus melayani para tamu.
Tarmini mengaku rata-rata setiap malam harus melayani 4-5 orang. Kalau hanya melayani 3 tamu ia dimarahi. Bukan hanya itu, ia juga dihukum dengan cara dikunci dalam kamar kecil dan tidak diberi makan satu hari penuh.
Bagaimana dengan gaji? "Saya tidak digaji sepersen pun. Gaji yang dijanjikan penyalur di Indonesia Rp 2,5 juta per bulan hanyalah impian," ungkapnya.
Dia menuturkan, uang bayaran dari para tamu semuanya diterima Alex. Per tamu membayar 158 ringgit untuk waktu 45 menit. Kalau satu malam penuh membayar 700 ringgit.
Jika kebetulan tamunya berbaik hati, Tarmini diberi tips 10 ringgit. Namun, itu jarang terjadi. Sebaliknya, beberapa tamu malah memperlakukannya secara tidak manusiawi. "Tamu yang kurang ajar itu sering memperlakukan saya seperti 'anjing'. Kalau tidak menurut kemauannya, tamu itu protes, dan saya dimarahi oleh tukang pukul. Daripada dimarahi, terpaksa saya menuruti kemauannya," tutur Tarmini sambil kembali menyeka air matanya.
Sewaktu berada di penyekapan, ia tak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan agar bisa keluar dari apartemen "neraka" tersebut. Doa Tarmini pun terkabul. Pada Minggu 20 Maret 2009, kebetulan Alex menengok istri mudanya di Jakarta. Penjaga apartemennya juga sedang tidak ada di tempat, entah pergi ke mana. Saat itulah, ia kabur.
"Saya kabur pukul 16.00. Saya lari dari lantai 24 lewat jendela. Saya tidak tahu nama apartemen yang dijadikan untuk menyekap saya. Yang saya tahu, saya disekap di lantai 24."
Begitu sampai di bawah, ia kemudian naik taksi menuju KBRI di Jl Tun Razak 233 Kuala Lumpur 50400, Malaysia. Sopir taksi itu kebetulan orang Sunda (Indonesia). Ia kemudian tidak mau dibayar begitu mengetahui nasib malang yang menimpa Tarmini.
Wanita itu menyatakan kapok pergi ke luar negeri sebagai TKI. Walau diiming-imingi bayaran atau gaji berapa pun, ia tidak akan tertarik. Ia tampak trauma sekali. Setelah pulang ke Tanah Air suatu saat nanti ia berencana akan menjadi buruh tani.
Diceritakan, TKW yang dipekerjakan sebagai wanita penghibur di Malaysia kalau hamil langsung dibawa ke Pontianak, Kalimantan. Di sana ia disekap oleh agen penyalur sampai melahirkan. Setelah itu, dibawa lagi ke Kuala Lumpur untuk dijadikan PSK.

Titip Pesan
Kepada wartawan Rakyat Merdeka, Tarmini titip pesan untuk orang tuanya, Ny Jumroh. "Bu, maaf ya. Di Malaysia saya tidak berhasil. Saya tidak bisa mengirimkan uang ke Tanah Air," katanya sambil terisak-isak. Tarmini mengaku sampai sekarang ibunya belum mengetahui nasib yang menimpanya, termasuk keberadaanya saat ini di penampungan KBRI.
Sebagaimana Isa dan Tarmini, Reta (28) TKW asal Sumba, NTT juga mengalami nasib yang sama. Perempuan berparas cantik itu mengaku tertipu dijadikan pelacur di negara tetangga tersebut. Reta yang memiliki postur tubuh tinggi semampai dan berambut panjang itu kemudian menceritakan bagaimana bisa sampai ke Malaysia. Ia berangkat pada September 2005 lewat jasa seseorang bernama Helen, yang belakangan diketahui sebagai penyalur (agen) ilegal. Ia berangkat bersama tiga temannya. Perjalanan ke Malaysia lewat Jakarta, terbang ke Pontianak. Dari Pontianak ia naik mobil (jalan darat) ke Kucing (Malaysia). Setelah itu menuju Kuala Lumpur dengan pesawat terbang. Di Kuala Lumpur, Reta yang memiliki hidung mancung itu tinggal di sebuah apartemen di kawasan Bukit Bintang bersama tiga temannya. Dari sanalah ia mulai mencium gelagat tidak baik. Sebab, saat di Tanah Air ia dijanjikan akan bekerja di toko, tetapi ternyata tidak. Lebih dari itu, beberapa hari dirinya hanya diajak berputar-putar kota Kuala Lumpur. Pada suatu saat, agen penyalurnya menyuruh Reta melayani tamu yang memesannya. Semula ia tidak mau, tetapi justru dimarahi agen dan dipaksa melayani tamu.
Pada suatu hari ia melarikan diri, tapi tertangkap lagi oleh agen. "Agen itu bernama Maeng. Anak buahnya banyak. Jadi, kalau perempuan sudah berada di tangannya sulit melarikan diri," ujarnya sambil menyibakkan rambut hitamnya.
Karena berusaha kabur, Reta pun mendapat hukuman, yakni dikunci di dalam kamar kecil dua hari. Ia juga tidak diberi makan satu hari satu malam.
Bagaimana ia bisa kabur? Wanita itu menuturkan, suatu saat ada tamu yang minta dilayani dan ditemani beberapa hari. Ketika tamu itu pergi bekerja dan ruangan tidak dikunci, dirinya langsung kabur menuju KBRI.
Kepala Bidang (Kabid) Penerangan KBRI Malaysia Budhi Rahardjo saat dimintai konfirmasi mengenai masalah banyaknya TKW yang dijadikan pelacur mengakui hal itu. Namun, ia tidak tahu jumlah pastinya. Sebab, biasanya TKW yang ditipu dan dijadikan pelacur berangkat ke Malaysia secara ilegal. +++

Ha'i Tamuku,,,

Terima Kasih atas kunjungan ANDA. Semoga apa yang ANDA baca DISINI,,,, dapat bermanfaat bagi ANDA. God Bless You,,,!